Minggu, 12 Mei 2013

HUDHURIYAH

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

Sedangkan ilmu hudhuri ialah ilmu yang tidak memisahkan antara objek dan subjek. Manusia sebagai subyek sudah dilengkapi dengan alat-alat kecerdasan internal yang memungkinkan dirinya untuk mengakses sesuatu yang amat dalam di dalam dirinya sendiri. Aliran ini berkeyakinan segala sesuatu dapat diketahui melalui kemampuan pendalaman batin.

Hadis yang sering dikemukakan kelompok ini ialah 'Man 'arafa nafsahu fa qad 'arafa rabbahu'. (Barangsiapa yang memahami dirinya maka ia akan diberi kesanggupan untuk memahami diri-Nya). Tuhan Yang Maha Rumit untuk diketahui dapat dipahami melalui metode hudhuri. Kelompok yang lebih dekat dengan aliran ini ialah para sufi.


Metode pendekatan pertama membayangkan Tuhan itu jauh (transenden) sehingga perlu upaya pendekatan diri secara ekstra. Sedangkan metode pendekatan kedua membayangkan Tuhan lebih dekat (immanen) seperti istilah Alquran, "Kami lebih dekat dari pada urat tenggorokan." Istilah yang sering muncul di dalam metode hushuli ialah pintar-bodoh ('alim-jahil).

Orang yang rajin belajar, mengobservasi, dan meneliti pasti bisa menguasai ilmu pengetahuan ('alim). Kelompok pertama mengedepankan proses pendidikan yang lebih formal (ta'lim) seperti selama ini kita lakukan terhadap anak-anak kita.

Sedangkan istilah yang lebih familiar untuk metode kedua ialah ingat-lupa (dzikr-gafil) dan tersingkap-tertutup (mukasyafah-mahjub). Pada dasarnya, manusia itu memiliki kemampuan dan kecerdasan standar, hanya mereka terkontaminasi lingkungan sosial sehingga mereka perlu berdzikir (mengingat kembali).

Ayat yang sering dilibatkan kelompok ini antara lain: fas'alu ahl al-dzikr inkuntum la ta'lamun. (Bertanyalah kalian kepada ahli zikir jika kalian tidak tahu), Afala tatadzakkarun (Mengapa kalian tidak mengingat kembali?), dan Aqim al-shala li dzikri (Dirikanlah shalat untuk mengingat Aku).

Kelompok ini mengedepankan penyucian diri dalam bentuk tadzkirah, tasawwuf, tashwir, tadzkiyah untuk menjernihkan kembali pengetahuan inti yang pernah dibekalinya sejak lahir.

Intergrasi kedua metode keilmuan di atas sangat dibutuhkan jika kita menghendaki terbentuknya watak, karakter, dan kepribadian umat dan bangsa yang utuh.

0 komentar:

Posting Komentar